Jawaban dari Abu Achmed Abdillah Al Atsary

Tanya : Bagaimana seharusnya kita bersikap jika keakraban telah ada namun di FB kita tidak jarang sekali berbicara?

Saya sarankan ukhti untuk tidak banyak menyibukkan diri dengan facebook, tidak harus seseorang itu mengunjungi FB teman dan membaca status mereka, bergaul itu tidak harus dengan cara seperti ini, FB hanyalah sebuah mesin bukan manusia, masih ingat nasihat salafus shalih Al Imam Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah :

“Saya lihat jiwaku ini ramah bergaul dengan mereka yang dinamakan teman maka saya cari dari pengalaman ternyata kebanyakan mereka adalah orang-orang yang iri (dengki) terhadap nikmat (kebahagiaan) temannya dan mereka tidak menyembunyikan kekeliruan (zallah) temannya dan senang mengabaikan hak teman duduknya juga tidak mau membantu temannya dengan harta mereka maka sebab itu (ketika) saya perhatikan perkara ini ternyata kebanyakan teman itu iri (dengki) dengan kenikmatan orang lain. Padahal Al Haq (Allah) Yang Maha Suci sangat cemburu kepada hati seorang Mukmin yang cenderung jinak dengan sesuatu (selain Allah) maka Ia keruhkan dunia dan penghuninya agar si Mukmin hanya menyenangi- Nya (jinak kepada Allah).

Maka sepantasnya kamu menganggap semua makhluk itu sebagai kenalan dan jangan kamu tampakkan rahasiamu kepada mereka. Jangan kamu anggap sahabat orang yang tidak cocok untuk digauli tetapi pergaulilah mereka secara zhahir.

Jangan bercampur dengan mereka kecuali dalam keadaan darurat dan itupun sejenak saja kemudian tinggalkanlah mereka. Setelah itu hadapilah urusanmu sambil berserah diri kepada Penciptamu (Allah) sebab sesungguhnya tidak ada yang dapat mendatangkan kebaikan selain Allah dan tidak ada yang dapat menolak kejelekan kecuali Dia.” (Al I’tisham 1/158)

Perhatikan tulisan yang saya bold (cetak tebal). Tadi ukhti katakan iri ketika melihat mereka bisa bercanda bersama, terbukti kan apa kata Al Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah, kebanyakan mereka adalah orang-orang yang iri (dengki) terhadap nikmat (kebahagiaan) temannya. Kemudian apakah ukhti bergaul dengan mereka di FB merupakan bentuk pergaulan secara zhahir? Padahal Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah berkata pergaulilah mereka secara zhahir. Artinya bergaullah dengan mereka secara nyata, bukan pergaulan didunia maya. Sebenarnya tidak ada yang melarang, hanya saja janganlah ukhti berlebih-lebihan dalam bergaul di dunia maya. Dalam kaidah beliau selanjutnya; Jangan bercampur dengan mereka kecuali dalam keadaan darurat dan itupun sejenak saja kemudian tinggalkanlah mereka. Kaidah ini menerangkan bahwa kebanyakkan teman itu iri dengan nikmat temannya, kadang tidak dapat menjaga mulut (perkataannya), maka kata beliau tidak boleh seseorang itu duduk-duduk (berkumpul-kumpul) dengan teman kecuali bila ada keperluan dengan mereka. Misal bertanya tentang sesuatu, atau mengajarkan ilmu kepada mereka.

Berikut saya transkipkan nasihat ulama untuk pengguna FB:

Nasihat Al-Ustadz Abdul Mu'thi:
Teknologi itu ibarat pisau bermata dua, bisa menjadi tambahan kebaikkan, bisa menjadi tambahan keburukkan. Kalau kita manfaatkan dalam perkara yang diridhoi dan dicintai oleh Allah maka dia akan menjadi kebaikkan yang lebih, tapi kalau kita tidak pandai menggunakannya maka dia akan menyembelih kita. Sehingga dalam segala sesuatu yang bermata dua seperti ini ibarat pisau bermata dua maka kita harus berhati-hati dalam menggunakannya. Semua ini kembali kepada diri kita masing-masing untuk bertakwa kepada Allah jalla wa'ala. Kata Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Bertakwalah kepada Allah dimana saja engkau berada." Kemudian kalau kita mengetahui bahwa diri kita adalah lemah, jangan kita bermain-main dengan pisau yang bermata dua karena kemungkinan dia menyembelih kita lebih besar daripada kita bisa menggunakannya dengan baik.

Dan memang saya tidak menyarankan untuk ikhwan menyibukkan diri dengan yang namanya internet atau secara yang lebih spesifik apa yang namanya FB, karena memang medianya bukan untuk salafiyin pada asalnya. Media yang diadakan oleh mereka itu memang untuk memfasilitasi, memudahkan kegiatan-kegiatan, arena-arena mereka melakukan maksiat kepada Allah jalla wa'ala yang mereka anggap baik padahal maksiat. Sebagai contoh minimalnya saja: Dengan FB itu pemiliknya tidak jarang melihat foto-foto wanita yang bukan mahramnya, itu minimal dan banyak lagi yang lainnya. Sehingga ya semua kembali kepada kita, barang siapa yang bertakwa kepada Allah, memiliki sifat wara' dia akan meninggalkan perkara-perkara yang samar apalagi perkara-perkara yang jelas haram.

Dan barang siapa yang bisa menjaga diri dari perkara syubhat dia telah menjaga kehormatan dirinya dan agamanya. Sehingga kita jangan bermain-main dengan sesuatu yang samar yang kita tidak ampu untuk mengendalikannya. Apalagi jelas-jelas akan menjatuhkan kita kepada yang haram dan media internet secara umum adalah media yang penuh dengan keburukkan. KAlau kita ingin kalkulasi antara kebaikannya dengan keburukannya, bisa dikatakan dia itu seperti khomr, kemudharotannya lebih banyak daripada kemanfaatannya. Berapa banyak keburukkan yang ada didalamnya? Kalau kita bandingkan dengan kebaikan yang ada hanya sekian persen didalamnya. Sehingga kalau kita menyibukkan diri mulai dari bangun tidur langsung online sampai dia mau memejamkan mata baru dia selesai dari kegiatan onlinenya, ini manusia macam apa.

Seseorang yang mengerti akan kebaikkan dia tidak akan menghabiskan waktu dan dirinya didepan internet yang penuh dengan keburukkan. Dan benar-benar internet ini adalah ujian bagi kita yang menggunakannya, karena sedikit saja terpeleset langsung jatuh kepada media yang maksiat. Bahkan tatkala kita menggunakannya walaupun ingin yang baik mau tidak mau kadang dipaksa kepada yang maksiat, kadang muncul gambar-gambar yang tidak baik, padahal kita tidak mengaksesnya. Oleh karena itu sibukan diri kita dengan ilmu yang syar'i, dengan kegiatan yang lebih bermanfaat membaca buku, baca qur'an.

Banyak hal-hal yang bermanfaat daripada kita menghabiskan waktu didepan internet. Bolehlah sekali-kali mengakses internet yakni saat-saat yamg memang membutuhkan berita-berita yang sangat penting. Upayakan sedapat mungkin mengurangi kegiatan ini, sebab ini tidak akan membawa kebaikkan kepada kita, biar saja orang lain bilang gapteklah, kuno ketinggalan zaman, inilah itulah, sebab celaan dan cercan manusia itu tidak akan membahayakan kepada kita, na'am yang tahu akan kebaikan itu adalah diri kita sendiri terhadap diri kita, bukan mereka. Barakallahu fiikum...

Semoga jawaban yang sedikit ini bisa kita pahami dengan hati yang ikhlas hanya mengharap wajah Allah Subhanallahu wa Ta'ala.

0 comments:

Posting Komentar