….أن رجلاً خطب إمرأة ذات منصب وجمال فأبت لفقره وقله حسبه ففكر بأي الأمرين ينالها أبلمال أم الحسب فاختار الحساب وطلب له العلم حتى أصبح ذا مكانة فبعثت غليه المرأة تعرض نفسها فقال لا أوثر علي العلم شيئاً.
“….Seorang laki-laki melamar seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan. Wanita itu tidak mau karena dia fakir dan rendah kedudukannya. Kemudian, laki-laki itu berpikir dengan apa dia akan meraih wanita itu, apakah dengan harta atau dengan kedudukan?
Akhirnya, dia memilih kedudukan. Kemudian, dia menuntut ilmu untuk hal itu sampai akhirnya dia menjadi orang yang memiliki kedudukan.
Setelah itu, wanita yang dulu ingin ia lamar mengirim utusan kepada si laki-laki untuk menawarkan dirinya (untuk dinikahi). Akan tetapi, laki-laki itu berkata,
“Aku tidak lebih mementingkan sesuatupun dibanding ilmu”
=============
Catatan:
- Dr Abdussalam bin Barjas rahimahullah menukil kisah ini dalam kitab ‘awaiqut-thalab, bukan untuk mendorong pemuda agar tidak menikah. Akan tetapi, beliau memasukkan kisah ini dalam salah satu pasal yang berjudul العائق الأول :طلب العلم لغير وجه الله تعالى /Rintangan Menuntut Ilmu Pertama: Menuntut Ilmu karena Selain Wajah Allah/ untuk memberikan pelajaran bagi pembaca bahwa hal pertama yang harus dilakukan seseorang ketika akan menuntut ilmu adalah mengikhlaskan niat.
- Faidah penting yang perlu dicatat di sini adalah betapa banyak manusia sekarang ini menjadikan “dunia” sebagai tolak ukur, sampai ia pun berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan apa yang ia cari.
- Dalam kisah di atas, ditunjukkan bahwa pada awalnya laki-laki tersebut tidaklah berniat ikhlas dalam menuntut ilmu syar’i. Tidaklah ia mencari ilmu untuk mengharap wajah Allah, tetapi malah ditujukan untuk mendapatkan wanita. Akan tetapi, seiring waktu berjalan, alhamdulillah ia tersadarkan bahwa sesungguhnya ilmu untuk mengenal Allah jauh lebih tinggi nilainya dibanding keridhaan seorang wanita.
Maka, ketika ilmu telah ia gapai, ia pun seolah ingin menghinakan wanita yang menolaknya dulu dengan mengatakan,
لا أوثر علي العلم شيئاً
“Aku tidak lebih mementingkan sesuatu dibandingkan ilmu”
Perkataan di atas sungguh mengena karena seorang yang menuntut ilmu karena wajah Allah, tidak pantas disandingkan dengan wanita yang mau dinikahi karena dunia.
Oleh karena itu, Dr. Abdussalam bin Barjas rahimahullah menyatakan,
فتورع بترك امرأةٍ كان طلب العلم لأجلها ، إعلاماً بصدق قصده وسلامة مأربه
“Laki-laki itu menjadi wara’ dengan meninggalkan seorang wanita yang menjadi penyebab dirinya menuntut ilmu. Dia memberitahukan kejujuran niatnya dan keselamatan akalnya (dengan ucapannya kepada wanita tadi).”
- Faidah di atas juga berlaku bagi muslimah. Hendaknya apa yang ia niatkan dalam menuntut ilmu syar’i adalah untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya sehingga ia bisa menggapai ilmu untuk mengenal Allah, bukan untuk mengharap wajah yang lain. Wallahu a’lam.
.
Akhukum,
Abu Muhammad Al-‘Ashri
Menjelang dzuhur di Masjid Al-‘Ashri
10 Shafar 1431 / 25 Januari 2010 M
http://alashree.wordpress.com/2010/01/25/ilmu-vs-wanita/
0 comments:
Posting Komentar