Kiriman dari Abu Farros Fahrozi/Abu Farros Al-Ghulinmawriy


Wahai ukhti muslimat…..Kembali, saya kemukakan.nasehat yang utama bagi kalian. Yakni tentang perlunya semangat dalam menuntut ilmu dan tafaqquh fid-din. Mengingat ketidaksungguhan kalian dalam belajar. Bahkan saya melihat sebagian dari kalian berpaling dari menuntut ilmu. Dan ini merupakan satu keprihatinan tersendiri dalam benak saya. Oleh karena itu, Insya Allah saya akan menjelaskan dan menguraikan urgensi tholibul ilmi dari dalil-dalal Al-Qur`an, disertai ta`liq sederhana tentangnya.

Ukhti muslimah yang dirahmati-Nya,
Allah telah banyak memaparkan pentingnya menuntut ilmu dalam deretan firman-Nya yang mengagumkan:

"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Ali Imran:18).

Berkata Imam Al Qurtubi dalam tafsirnya, "Ayat ini adalah dalil tentang keutaman ilmu dan kemuliaan ulama. Seandainya ada orang yang lebih mulia dari ulama, sungguh Allah akan menyertakan nama-Nya dan nama malaikat-Nya. Allah berfirman juga kepada Nabi-Nya n tentang kemuliaan ilmu."

"Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS. Thaahaa:114)

Maka seandainya ada sesuatu yang lebih mulia daripada ilmu, sungguh Allah akan memerintahkan Nabi-Nya untuk meminta tambahan akan sesuatu itu, sebagaimana Allah telah memerintahkan Nabi -Nya untuk meminta tambahan ilmu.

"Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui" (QS. az-Zumar : 9)

Imam Al Qurtubi berkata, "Menurut Az-Zujaj, maksud ayat tersebut yaitu orang yang tahu berbeda dengan orang yang tidak tahu, demikian juga orang taat tidaklah sama dengan orang bermaksiat. Orang yang mengetahui adalah orang yang dapat mengambil manfaat dari ilmu serta mengamalkannya. Dan orang yang tidak mengambil manfaat dari ilmu serta tidak mengamalkannya, maka ia berada dalam barisan orang yang tidak mengetahui"

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."(Q.S al-Mujaadilah: 11)

Imam Al Qurtubi berkata, "Maksud ayat di atas yaitu, dalam hal pahala di akhirat dan kemuliaan di dunia, Allah akan meninggikan orang beriman dan berilmu di atas orang yang tidak berilmu. Kata Ibnu Mas`ud, dalam ayat ini Allah memuji para ulama. Dan makna bahwa Allah akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat, adalah derajat dalam hal agama, apabila mereka melakukan perintah- perintah Allah"

"Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambanya, hanyalah ulama." (QS.al- Faathir: 28)

Ibnu Katsir berkata, "Maksud ayat di atas adalah, orang yang takut kepada Allah dengan benar hanyalah ulama yang mengenal-Nya, karena semakin mengenal Allah Yang Maha Agung, Yang Maha Berkuasa, Yang Maha Mengetahui,Yang memiliki sifat kesempurnaan dan kebaikan, maka pengenalan, pengetahuan, dan ketakutan terhadap-Nya akan semakin sempurna."

"Sesungguhnya al-Quran adalah ayat-ayat yang nyata dalam dada orang-orang yang diberi. Dan tidak mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang dholim." ( QS. al-Ankabut: 49).

Ibnul Qoyyim berkata tentang ayat di atas, "Allah menyanjung ahli ilmu, memuji dan memuliakan mereka dengan menjadikan kitab-Nya sebagai ayat-ayat yang nyata/jelas dalam dada mereka. Ini merupakan kekhususan dan kebaikan bagi mereka dan tidak bagi yang lainnya."

Dan kata Imam Al Qurtubi, "Maksud ayat tersebut adalah, Al Qur`an bukanlah sihir atau syair, seperti yang dikatakan oleh orang-orang batil. Akan tetapi Al Qur`an adalah tanda dan dalil Allah. Dalam Al Qur`an agama dan segala hukum-Nya dapat diketahui. Seperti itulah al-Qur`an di dalam dada-dada orang yang diberi ilmu. Mereka adalah para sahabat Muhammad. Dan orang-orang yang beriman kepadanya. Mereka berilmu, mampu memahami dan membedakan antara kalamullah, perkataan manusia dan ucapan-ucapan setan."

"Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu`min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS. At-Taubah: 122)

Imam Al-Qurtubi berkata, "Ayat ini merupakan pokok tentang wajibnya menuntut ilmu. Karena tidak seharusnya orang mukmin itu pergi ke medan perang semua, padahal Nabi tidak, sehingga mereka meninggalkan beliau sendiri. Mereka membatalkan keinginan mereka, setelah mengetahui tidak dibolehkannya pergi secara keseluruhan. Beberapa orang dari tiap-tiap golongan, agar tetap tinggal bersama Nabi untuk mempelajari agama. Sehingga apabila orang- orang yang berperang itu telah kembali, mereka bisa mengabarkan dan meyebarkan pengetahuan ilmu mereka. Dalam ayat ini juga terdapat kewajiban untuk memahami Al Kitab dan Sunnah. Dan kewajiban tersebut adalah kewajiban kifayah bukan wajib `ain"

Dan katakanlah:"Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan". (QS. Thaahaa:114)

Berkata Ibnu `Uyainah, "Rasulullah senantiasa bertambah ilmunya sampai Allah mewafatkan beliau"
Berkata Ibnul Qayyim, "Dengan hal ini cukuplah merupakan kemuliaan bagi ilmu, yaitu bahwa Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk meminta tambahan berupa ilmu"

"Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui." (QS. al-An`am: 83)

Imam Al Qurtubi berkata,
"Firman Allah, Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat yaitu dengan ilmu, kepahaman dan imamah (kepemimpinan) serta kekuasaan"

"Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu. Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu." (QS. An Nisaa` :113)

Berkata Ibnul Qoyyim tentang ayat di atas,
"Allah menyebutkan kenikmatan-kenikmatan dan karunia-Nya kepada Rasul dan Allah menjadikan kenikmatan dan karunia-Nya yang paling agung adalah memberinya Al Kitab dan hikmah serta mengajarkan kepadanya apa yang belum diketahuinya."

Demikianlah Ukhti Muslimah,
Semoga pemaparan saya kali ini bermanfaat bagi ukhti semuanya. Harapan saya semoga kita masih mendapat kesempatan untuk meniti ilmu-Nya yang maha luas.
Amin

Dari Majalah As Sunnah Edisi 04 Tahun VI tahun 2002M/1423H

0 comments:

Posting Komentar